Bersama Kampus, Membangun Pusat Calistung & Kelas Coding Usia Dini

Mari berkolaborasi dalam riset, desain, dan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang relevan dan masa depan yang siap digital.


🌱 Latar Belakang Masalah

1. Harapan Orang Tua yang Besar terhadap Calistung

Banyak orang tua di Indonesia berharap anak mereka sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sejak usia dini.

Namun, di lapangan masih banyak anak usia dini yang belum mendapatkan metode belajar calistung yang sesuai tahap perkembangan.

Studi Universitas Negeri Yogyakarta (2022) mencatat hanya sekitar 27% media pembelajaran PAUD yang dikembangkan melalui riset dan uji coba pengguna.

Akibatnya, banyak media belajar terasa monoton, kurang menarik, dan sulit digunakan secara luas.


2. Tantangan Baru: Anak Perlu Siap Hadapi Dunia Digital

Selain calistung, kemampuan berpikir logis dan digital kini menjadi keterampilan dasar masa depan.

Riset dari Frontiers in Psychology (2021) menemukan bahwa aktivitas coding sederhana mampu meningkatkan kemampuan berpikir matematis dan pemecahan masalah pada anak prasekolah.

Penelitian terbaru oleh Başaran (2024, SpringerLink) juga menyebutkan bahwa pengenalan coding di usia dini mendukung perkembangan kognitif dan sosial-emosional anak.

Sayangnya, di Indonesia program yang menggabungkan calistung dan pengenalan coding/logika sejak dini masih sangat terbatas — padahal kombinasi keduanya akan membentuk generasi yang siap belajar dan siap beradaptasi di masa depan.


3. Kesenjangan Antara Pendidikan, Desain, dan Teknologi

Banyak media belajar anak dikembangkan sebagai “produk jadi” tanpa kolaborasi lintas bidang.

Padahal, kolaborasi antara pendidik, desainer, dan tenaga IT dapat menghasilkan media belajar yang lebih menarik, mudah digunakan, dan dapat dikembangkan (scalable).

Laporan Kemendikbud (2022) mencatat bahwa kurang dari 15% kampus pendidikan dan teknologi di Indonesia memiliki program kolaboratif dengan dunia industri edutech.